Site icon mencobausaha.com

Seni Perang Sun Tzu dan Prinsipnya

Seni Perang Sun Tzu
Art of War Sun Tzu

Seni Perang Sun Tzu dan Prinsipnya – Seni perang (Art of War) Sun Tzu adalah karya militer klasik tertua dalam literatur Cina. Selain ajaran Confucius, seni perang Sun Tzu adalah yang paling terkenal di luar Cina.

Asal usul dan siapa penulisnya masih menjadi perdebatan. Tapi ahli sejarah sependapat karya ini ditulis sekitar 400 sampai 300 tahun sebelum Masehi atau 100 tahun setelah kelahiran dua filsuf terkenal Kong Hu Cu dan Lao Tze.

Baca juga : Apa itu Willpower? Dan Bagaimana Cara Mengoptimalkannya?

Bacaan Wajib Para Militer

Buku Sun Tzu kini menjadi bacaan wajib bagi para militer dan bisnis karena kedahsyatannya yang senantiasa relevan walaupun sudah berusia lebih dari 2500 tahun.

Pokok seni perang ala Sun Tzu dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Seperti ditegaskan oleh James Clavell (1983), kebenaran yang terdapat dalam buku Sun Tzu bisa menunjukan jalan menuju kemenangan dalam nyaris semua hal.

Mulai dari konteks bisnis sehari-hari, perdebatan di rapat dewan, perjuangan sehari-hari untuk mempertahankan hidup, sampai perjuangan dalam merebut hati lawan jenis.

Menurut Sun Tzu, persiapan matang adalah separuh dari kemenangan. Untuk bisa memenangkan pertempuran, kita harus mengetahui apa yang tidak diketahui oleh lawan kita.

Oleh sebab itu, mari kita mempelajari prinsip apa saja yang dapat kita ambil dari buku Sun Tsu. Prinsip-prinsip tersebut sudah dirangkum oleh William Tanuwidjaja dalam bukunya yang berjudul Seni Perang Sun Tzu untuk Semua Orang.

Prinsip Seni Perang Sun Tzu

“Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko kalah. Kenali bumi, kenali langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.”

“Ketika sepuluh lawan satu, kepunglah. Lima lawan satu, seranglah. Dua lawan satu, bertempurlah. Seimbang, pecah belahlah. Jika lebih sedikit, bertahanlah. Jika tidak memadai, hindarilah.”

“Kemungkinan menang terletah pada serangan. Mereka yang menduduki medan pertempuran lebih dulu dan menantikan musuhnya, akan memperoleh kemenangan.”

“Pertempuran kacau, tetapi tidak seorang pun tidak takluk pada kekacauan. Kekacauan lahir dari keteraturan. Kepengecutan lahir dari keberanian. Kelemahan lahir dari kekuatan. Keteraturan dan kekacauan adalah soal menghitung. Keberanian dan kepengecutan adalah soal shih. Kekauatan dan kelemahan adalah soal bentuk.”

“Begitu pasukan disatukan dengan erat, yang berani tidak berkesempatan maju sendirian, yang pengecut tidak berkesempatan mundur sendirian, inilah metode menggunakan pasukan dalam jumlah besar.”

“Bagi seorang Jederal ada lima bahaya. Bertekad mati, ia bisa tewas. Bertekad hidup, ia bisa tertangkap. Cepat marah, ia bisa dihasut. Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan. Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat jengkel. Kelimanya adalah bencana dalam militer.”

“Gunakan yang dekat untuk menunggu yang jauh. Santai untuk menunggu yang kerja keras. Kenyang untuk menunggu yang lapar. Inilah yang dimaksud dengan mengatur kekuatan.”

“Untuk membuat musuh datang atas kemauannya sendiri, tawarkan mereka keuntungan. Untuk mencegah datangnya musuh, lukai mereka. Demikianlah seseorang dapat membuat musuh bekerja keras sementara ia sendiri tenang, dan membuat musuh kelaparan sementara ia sendiri kenyang.”

“Rencana-rencana orang bijak pasti mencakup keuntungan dan bahaya. Mencakup keuntungan, sehingga pelayanannya dapat dipercayai. Mencakup bahaya, sehingga kesulitan dapat diatasi.”

Itulah beberapa prinsip dari seni perang Sun Tzu. Sebenarnya masih banyak prinsip yang ditulis dalam buku Seni Perang Sun Tsu untuk Semua Orang, jumlahnya ada 101 prinsip. Mungkin di lain kesempatan akan saya paparkan lagi. Semoga menginspirasi.

Exit mobile version