Musuh Utama Seorang Investor – Dalam dunia keuangan seseorang yang melakukan investasi disebut sebagai investor. Investasi adalah aktivitas penanaman uang atau modal (aset berharga) untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Tidak mudah untuk menjadi seorang investor. Untuk menjadi investor yang baik kita perlu mengetahui musuh utama yang sering mengintai. Berikut beberapa hal yang menjadi musuh investor.
Baca juga: Sikap yang Keliru dalam Berinvestasi
Musuh Pertama dan Terbesar adalah Dirinya Sendiri
Hal pertama yang menyebabkan begitu banyak investor gagal adalah karena mereka tidak bisa menguasai dirinya sendiri.
Fear: Ketakutan
Banyak orang mengalami ketakutan di saat peluang datang menghampiri. Sering kali peluang terbesar datang di saat yang terburuk. Contoh: Di saat krisis, harga saham, obligasi, reksadana, dan properti menjadi murah, tetapi sering kali investor ketakutan untuk melakukan investasi. Bahkan cukup banyak investor yang justru melakukan penjualan (cut loss) karena takut asetnya semakin berkurang di saat krisis.
Greedy: Keserakahan
Saat harga saham, reksadana, dan properti naik, banyak orang bukannya merealisasikan keuntungan, tetapi justru membeli lebih banyak, lebih banyak dan lebih banyak karena berasumsi harga akan semakin naik karena euforia pasar. Sering kali yang terjadi adalah penurunan harga yang akhirnya justru menimbulkan kerugian bagi investor.
Hope: Harapan
Saat harga turun, banyak orang selalu berharap harga akan kembali naik, tetapi sering kali harga terus turun. Untuk menghindari hal ini, perlu kedisiplinan untuk melakukan cut loss, yaitu menjual walaupun rugi, untuk menghindari kerugian yang lebih dalam. Ada suatu metode yang mengatakan apabila kerugian yang dialami sudah mencapai 8%, maka kita harus melakukan cut loss.
Iming-iming Keuntungan yang Abnormal
Misalnya iming-iming keuntungan besar melalui transaksi short-sell (penjualan saham yang belum dimiliki, untuk dibeli dalam jumlah yang sama, pada hari transaksi yang sama). Short-sell hanya menguntungkan ketika harga saham cenderung menurun. Ketika investor bermodal tipis mencoba melakukan transaksi short-sell, terbuka peluang bagi investor bermodal besar untuk “memakan” si kecil.
Kondisi Pasar yang Buruk
Misalnya ketergantungan pasar terhadap pelaku asing, terlalu rentannya pasar terhadap rumor, wibawa otoritas moneter yang rendah, kebijakan pemerintah yang tidak kredibel, dan masih banyak lagi. Pasar terlalu banyak distorsi dan hanya sedikit memiliki kepastian. Sebagai akibatnya, investor semakin sulit menebak perkembangan situasi pasar hanya dengan menggunakan perangkat dan metode yang ada. Dalam konsisi pasar yang buruk, sifat ekstra hati-hati sangatlah dibutuhkan.