Rahasia Hidup Bahagia ala Stoisisme

Rahasia Hidup Bahagia ala Stoisisme
Rahasia Hidup Bahagia ala Stoisisme

Rahasia Hidup Bahagia ala Stoisisme – Tulisan ini saya ambil dari buku karya Henry Manampiring yang berjudul Filosofi Teras. Filosofi teras ialah terjemahan dari kata stoa yang berasal dari bahasa Yunani.

Baca juga: Ikhtisar Buku IKIGAI (Rahasia Hidup Bahagia)

Filosofi Teras

Kira-kira 300 tahun sebelum Masehi, seorang pedagang kaya dari Siprus, bernama Zeno melakukan perjalanan dari Phoenicia ke Peiraeus dengan kapal laut melintasi laut Mediterania.

Zeno membawa barang dagangan khas Phoenicia, yaitu semacam pewarna tekstil (ekstrak siput laut) berwarna ungu yang sangat mahal, yang sering dipakai untuk mewarnai jubah raja-raja.

Malang tidak bisa ditolak, kapal yang ditumpangi Zeno karam. Zeno tidak hanya kehilangan seluruh barang yang teramat mahal, tetapi ia juga harus terdampar di Athena.

Suatu hari di Athena, ia pergi mengunjungi sebuah toko buku dan menemukan sebuah buku filsafat yang menarik hatinya. Ia bertanya kepada si pemilik toko buku, dimana ia bisa bertemu dengan filsuf-filsuf seperti penulis buku ini.

Kebetulan saat itu melintaslah Crates, seorang filsuf aliran Cynic, dan sang penjual buku menunjuk kepadanya. Zeno pun pergi mengikuti Crates untuk belajar filsafat darinya.

Zeno kemudia belajar dari berbagai filsuf yang berbeda, dan kemudian ia pun mengajar filosofinya sendiri. Ia senang mengajar di sebuah teras berpilar (dalam bahasa Yunani disebut stoa) yang terletak di sisi utara dari agora (alun-alun) di kota Athena. Sejak itu, para pengikutnya disebut “kaum Stoa” atau “Stoisisme”.

Tujuan Utama dari Filosofi Teras

Yang terutama ingin dicapai oleh kaum Stoisisme adalah:

  1. Hidup bebas dari emosi negatif (sedih, marah, cemburu, curiga, baper dan lain-lain), mendapatkan hidup yang tenteram. Ketenteraman ini hanya bisa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.
  2. Hidup mengasah kebajikan. Ada empat kebajikan utama menurut Stoisisme:
    • Kebijaksanaan; kemampuan mengambil keputusan terbaik di dalam situasi apa pun.
    • Keadilan; memperlakukan orang lain dengan adil dan jujur.
    • Keberanian; berani berbuat yang benar, berani berpegang pada prinsip yang benar.
    • Menahan diri; disiplin, kesederhanaan, kepantasan dan kontrol diri (atas nafsu dan emosi).

Stoisisme Tetap Relevan di Masa Kini

Di dalam artikel “Why Stoicism Matters Today“, Kare Anderson menyebutkan beberapa alasan mengapa Stoisisme tetap relevan di masa kini:

Pertama, Setoisisme Ditulis untuk Menghadapi Masa Sulit

Stoisisme lahir di era penuh peperangan dan krisis di Yunani. Filsafat ini tidak menjanjikan materi ataupun damai di akhirat, tetapi damai dan tenteram yang kokoh di kehidupan yang sekarang. Damai dan tenteram ini kokoh karena berakar dari dalam diri kita, bukan pada hal-hal eksternal yang dapat berubah, hancur atau direnggut dari kita.

Kedua, Stoisisme Dibuat untuk Globalisasi

Stoisisme mungkin adalah filsafat Barat pertama yang mengajarkan persaudaraan universal. Di tengah dunia yang rasanya semakin terpopularisasi dengan “kiri” versus “kanan”, “konservatif” versus “liberal”, tersekat oleh identitas suku dan agama, sebuah filosofi yang mengajarkan bahwa “kita semua adalah saudara dalam kemanusiaan” sungguh sangat dibutuhkan.

Ketiga, Stoisisme Adalah Filsafat Kepemimpinan

Kepemimpinan disini tidak sesempit memimpin tim, organisasi ataupun negara, tetapi dimulai dari memimpin diri sendiri. Stoisisme mengajarkan kita untuk memprioritaskan pengendalian diri sendiri sebelum mencoba mengendalikan kehidupan orang-orang di luar sana.

Stoisisme membekali para pemimpin untuk tegar di dalam kegagalan dan rendah hati di saat sukses. Bekal ini berguna bagi siapa pun. Tidak terbatas pada mereka yang memangku jabatan resmi.

Mempraktikan Filosofi Teras

Beberapa praktik yang bisa dicoba:

  1. Ritual pagi, premeditatio malorum. Saat bangun tidur, sebelum membuka smartphone, cobalah membayangkan hal-hal buruk apa yang mungkin terjadi hari ini. Pikirkan dengan netral, tanpa harus menyebabkan rasa cemas. Bayangkan itu semua, dan tanyakan pada diri sendiri, apakah hal-hal ini di bawah kendali saya? Apakah hal-hal ini sebegitu merusak hidup saya? Atau sebenarnya hal-hal ini semua bisa saya tangani?
  2. Ritual malam, seneca mengajarkan tiga pertanyaan yang bisa direnungkan sesaat sebelum tidur:
    • Hal benar apa yang telah saya lakukan hari ini?
    • Hal salah apa yang telah saya lakukan hari ini?
    • Bagaimana saya bisa berlaku lebih baik?
  3. Melatih lapar dan meraih kesehatan dengan melakukan puasa berkala.

Itulah beberapa hal yang bisa saya rangkum dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring yang mengajarkan rahasia hidup bahagia ala Stoisisme.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shares